Senin, 20 Juni 2016

Perputaran Rejeki

Jadi teringat ceramah alm. Ustadz Jefri Al-Buchory "butuh ga butuh beli aja. Jangan beli 1 belinya yang banyak. Nanti sambil jalan ke tempat tujuan, apa yang kita beli berikan lagi ke org disekitar. Siapa pun. Mampu ga mampu beri saja, siapapun dia. Karena Allah sudah titipkan rejekinya" ... Ucapan itu terngiang sampai sekarang. 😊

Siapa yang tahu si penjual teh di pinggir jalan berdo'a agar laris dagangannya. Menyiapkan dagangan dari pagi, buah kesabarannya dan ketulusannya melayani pembeli, berharap rejeki yang halal. Siapa yang tahu ada orang yg sedang dalam perjalanan bersegera sampai kerumah untuk melepaskan dahaga setelah seharian berpuasa, berharap ada org yang membelikannya sebuah minuman. Siapa yang tahu? Allah. 😊 bukankah telah Allah tegaskan rejeki ini hanya titipan. Ada rejeki orang lain yang Allah berikan lewat kita.

Coba deh, siapa yang mengatur tiba-tiba ada penjual teh saat kita lewat berkendara, yang mengatur ada si bapak pemulung yang bercucuran keringat bersegera sampai ke rumah, yang mengatur kita dapat rejeki banyak hari ini yang cukup untuk membeli minuman dingin yang hanya beberapa ribu. Allah. 😊 Allah putar rejeki setiap hamba-Nya di situ. Kalau saja kita tidak peka terhadap rencana Allah, Kalau saja kita lewatkan sedikit kesempatan itu, kita kehilangan moment bukan untuk membahagiakan orang lain, tapi untuk membahagiakan diri sendiri 😊 . apa pernah ada rasa kecewa dan tidak bahagia setelah kita membahagiakan org lain dengan cara yang mudah ? Siapa yang tahu dia yang kau bantu hari itu, mengingat wajahmu dan mendoakanmu dalam sujud malamnya. Siapa yang tahu, saat kau tidur terlelap pintu langit terbuka lebar karena doanya. Bukankah ketika kau memuliakan yang dibumi, maka yang di langit meninggikan mu? Maha benar Allah dengan segala rencana-Nya.. Semoga kita tidak lupa untuk bersegera peka terhadap apa yang Allah tunjukkan dengan semua skenario-Nya. Insyaa Allah..

Minggu, 19 Juni 2016

Mitos Laki-Laki


Bahwa laki-laki adalah makhluk visual, itu bukanlah mitos. Benar bahwa laki-laki suka melihat (dan bisa jadi juga menilai) kecantikan seorang perempuan. Hanya saja bagiku itu menjadi permasalahan. Kecenderungan ini membuatku takut kalau saja kebanyakan laki-laki memilih seseorang karena kecantikan. Sesuatu yang hari ini semakin bertebaran di jalanan, instagram, juga banyak tempat lain. Mudah sekali menemukan kecantikan, lebih mudah juga menemukan yang lebih cantik lagi. Aku ketakutan dengan kecantikan. Kalau kalau hati ini cenderung kepada itu. Kalau-kalau iman ini hilang karena riasan dan gincu. Sebuah ironi juga ketika banyak perempuan ingin mendapatkan laki-laki yang baik, malah mereka berlomba berias diri untuk tampil cantik. Padahal, itu hanya mengundang laki-laki yang lalai pandangannya. Mari sama-sama perbaiki niat, tidak perlu saling menyalahkan. Semoga hati-hati kita dijernihkan untuk lebih mudah mengenali kebaikan.

In frame : My best friend.
Fajar Aidil Saputra dan Imam Rosadi.
Lebaran tahun 2015 di Pizza Hut.
Reunian setelah terpisah Samarinda-Depok-Jakarta

Jumat, 17 Juni 2016

Karakter Keluarga


Semakin ke sini semakin dimengerti bahwa kebaikan hati, keluhuran budi, kecerdasan, dan segala sesuatu yang bersifat karakter itu jauh lebih menarik daripada kecantikan/ketampanan dan yang melekat padanya. Apalagi kalau kita berniat untuk jalan bersama, karakter itu lebih kuat. Sebab ia dibentuk dari bertahun-tahun ujian hidup, ilmu pengetahuan yang diserap, lingkungan, didikan orang-orang baik. Sementara kecantikan dan ketampanan, bisa dibuat dalam sehari. Dan secepat itu pula ia hilang oleh waktu.

Rabu, 15 Juni 2016

Teruslah melangkah

Aku tidak tahu sama sekali tentang bagaimana Engkau menjalankan setiap urusan-Mu terhadapku, bagaimana Engkau menulis cerita ini, bagaimana Engkau membuat takdir, dan bagaimana Engkau menuntun langkah ini.


Maka, buatlah aku berada dalam keyakinan tentang segala hal yang Kau berikan ini, bahwa segala hal yang terjadi padaku saat ini adalah yang terbaik untukku.

Teguhkanlah akar keyakinanku sehingga semenyakitkan apapun jalan yang nantinya aku tempuh, aku tetap percaya.

Allah, anugerahkanlah aku kekuatan untuk aku tetap bisa bertahan. Agar semua keyakinanku ini tak akan menjadi sia-sia. :')

Selasa, 14 Juni 2016

Berjalan sendiri

Pernah melalui jalan yang lurus dan sepi? Awal awal terasa begitu menyenangkan karena merasa kita bisa berjalan lebih cepat dan sesuka hati. Namun, lama-lama kita bosa karena tidak ada tantangannya. Nah, hidup kita mirip seperti itu. Dibuat bergejolak, naik-turun, berkelok, terjal, bahkan kadang-kadang harus terjebak macet tidak bisa bergerak. Ujiannya banyak, biat kita tidak bosan pada hidup yang stagnan. Bahkan kadang, bosan pun juga menjadi ujian tersendiri.

Di Al fatihah 3 ayat terakhir, yang dimaksud jalan lurus bukanlah sesuatu yang sifatnya terwujud. Akan tetapi keteguhan hati dalam menjalanj sesuatu yang disebut sebagai keimanan dan ketakwaan